Kamis, 09 Februari 2012

Satu Setengah Jam

(c) google
Satu setengah jam.

What you can do? 

Oke, akan saya jawab. Biasanya, sembilan puluh menit itu merupakan waktu yang sangat singkat kalau digunakan untuk tidur. Why? Karena saat kau bangun, kepala mu akan terasa berat dan, Oh please, give my bed back. Serangan dari tentara yang menguasai pusat keseimbangan akan menarikmu sekuat mungkin agar kembali terhanyut dalam pangkuan kelembutan kapuk itu. Hohoho. Tapi, walaupun berat bangun, tidur beberapa menit di siang hari itu akan lebih membuat segar dari pada berjam-jam. Menurut pengalaman pribadi saya, tidur beberapa jam di siang hari akan membuat tubuh semakin lemah dan ngantuk, serta malam hari yang seharusnya digunakan sebagai istirhat akan terganggu dengan ancaman insomnia.
(c) google
Next, satu setengah jam juga bisa dimanfaatkan untuk online dan bermalas-malasan di depan 'lepi'. Baik itu dari hanya idle in facebook, YM, atau situs chat lainnya, maupun melakukan sesuatu seperti bermain gameonline, bikin dan baca blog, main di forum RPG, serta masih banyak pilihan lain yang ditawarkan oleh dunia maya. Tapi, kalau hanya dikasih waktu 1,5 jam? Oh, please. Just tell me not to open it, 'couse that's not enough.
(c) google
Err, lain lagi ceritanya kalau disuruh belajar. Oke, I'll make it. But, I never promise that I will never lose my concentration more than 30 minutes. Hahaha. It's hard, na? Hehe.

Ah, mumbling again.

Nah, jadi ceritanya saya baru saja melakukan suatu perjalanan yang terasa begitu lama. Tapi, waktu melihat jam, masih tertera 12:30 padahal saya berangkat pergi meninggalkan kos pukul 11 lewat. Cukup singkat untuk sebuah petualangan yang memerlukan nyali, keberanian, dan rasa tanggung jawab tersebut. Hehe.

Awalnya saya sudah janji untuk melegalisir ijazah mama(orang tua dari kakak ipar saya). Kata Ana (adik dari kakak ipar saya), tempatnya berada di belakang gedung AKBP, tepatnya melewati jalan di samping AKBP dan berjalan ke arah dalamnya. Ehem, awalnya cukup enggan. Soalnya saya jarang bepergian, apalagi kalau harus menggunakan angkutan umum. Namun, sepertinya itu sangat penting bagi mama. So, need to try.

Senin sampai rabu saya kuliah, dan entah kenapa kamis ini merupakan kamis yang sangat beruntung karena saya libur (suatu anugrah besar). Dan saya berfikir, mungkin inilah kesempatan untuk melegalisir ijazah tersebut. Paginya saya berencana mau mencuci dan membersihkan kos dulu. Tapi, Oh, why every bad things comes whent I have a perfect plan? Right, air di kos-an mati. Then, harus nunggu hidup sampai jam 10 baru saya bisa bersiap-siap, and finish at 11:00. Awalnya mau minta temanin sama seorang teman yang satu kos-an sama saya, tapi katanya ada ujian untuk hari ini. Then, start from there, I must think that I have to stand in my own legs and don't take too much hope to anyone. Yah, dari saat itu saya sadar kalau saya harus bisa melakukan sesuatu tanpa minta tolong. Hey, 21 itu bukan anak kecil lagi lo.

Saya beranikan diri naik bus kota (hal yang jarang saya lakukan kalau bukan mau pulang kampung), menempuh jalan yang saya kenal, tapi saya tak begitu yakin gedung AKBP itu berada di bagian mananya. Hahaha. Rasanya hal konyol ketika saya selalu melongo ke kaca jendela tanpa melepaskan pandangan dari sana. Saya merasa beberapa mata sudah tertuju pada saya karena tindakan seperti ini. Cukup risih, tapi saya tak mau kehilangan sedikitpun kesempatan untuk melihat tujuan itu. Jadi, who cares lah. Hehe.

Benar saja, AKBP, dan saya harus bertepuk agar supir busnya tau kalau ada penumpang yang ingin turun. Then, berjalanlah saya menyusuri jalan kecil yang berada tepat di samping gedung tersebut. Agak menyeramkan bagi gadis seperti saya berjalan di jalanan sepi seperti itu, namun saya harus kuat. Di bawah terik matahari yang semakin garang menyapu kulit ini, tawaran tukang ojek pun datang silih berganti, namun saya lebih memilih berjalan. Teringat akan kejadian waktu pertama kali saya meginjakkan kaki di kota tersebut, seorang gadis SMP ditemukan tewas dengan luka di sekujur tubuh plus bekas perkosaan oleh seorang tukang ojek. Wah, kalau mengingatnya, saya jadi merinding. Mengerikan sekali, tapi untunglah saya bertemu dua orang ibu-ibu yang berjalan, Oh syukurlah, masih ada kehidupan di sekitar sini. Hehe. Saya hanya bertasbih, semoga Allah selalu melindungi.

Hmm, kira-kira saya jalan sudah jauh, tapi tak ada tanda-tanda UT (Universitas Terbuka)-tempat yang saya tuju. Ingin bertanya pada penjual di sekitar, tapi agak enggan. Saya berjanji, kalau sudah jalan beberapa meter lagi dan masih belum menemukan apa-apa, barulah saya akan bertanya. Dan alhamdulillah, there it is. Thanks God. Dengan hati gembira saya berjalan memasuki halamannya yang tak begitu luas. Menanya sana sini mengenai letak bagian legalisir ijazah, then got it. Habis ngantri, dilayani kurang baik, eh ternyata legalisirnya g bisa dilakukan kalau tidak melampirkan fotokopi ktp si pemilik ijazah. Hmm, great. Tapi saya tak mau komen masalah ini, kalau memang prosedur seperti itu, I will do it. Saya balik kanan, dan bersiap menunggu bus untuk balik ke kos-an.

Masih terik, saya turun di depan korem, dan harus berjalan beberapa meter lagi untuk mencapai kos. Ah, bukan suatu yang berat kalau harus berjalan. Menurut saya itu lebih berasa. Dengan berjalan, you know where you are. Hihi, untung saja tadi perginya tidak minta ditemani atau minta anterin sama uda (kakak laki2 saya). Kalau iya, pasti pengalaman yang cukup mewarnai hari itu tak akan pernah singgah dalam kehidupan saya. Oke, silahkan tertawa kalau saya bilang ini adalah perjalanan yang seru, tapi saya benar-benar sangat jarang sekali bepergian sendiri apalagi menuju tempat yang saya sendiri tidak tahu pasti. That's really great.

Seteleh itu, saya balik ke kos meletakkan ijazah, kemudian keluar lagi menuju minimarket terdekat, membeli peralatan hidup-Hahaha. Then pulang, and time to eat. Hungry .___.


Tapi, itu adalah satu setengah jam lumayan asik yang pernah saya jalani. Hoho.
Little Galz











0 komentar:

Posting Komentar