Kamis, 05 April 2012

Get Lost in The Midnight


 5 April 2012
Malam ini cukup melelahkan karena sejak pagi tadi aktivitas yang harus saya jalani cukup padat. Mulai dari kuliah jam 7 pagi, dilanjutkan dengan tutorial, setelah itu kuliah lagi 1 jam. Dan beruntung ada jeda  sampai jam 4 sore sebelum pleno dimulai. HHmm, dan tak hanya itu. Berhubung adik mau pulang kampung, jadi saya menitipkan beberapa file agar bisa di upload di rumah (internet di kos an tak terlalu kuat untuk meng-upload file dengan ukuran yang cukup besar). Dan karena hal itulah, sehabis pleno sekitar jam 6 sore, saya kembali ke kos untuk menjemput leppy tercinta dan langsung cabut ke Aspol Alai (Asrama Polisis Alai), tempat adik dan uda saya tinggal.
Awalnya saya dan adik nonton film bareng dulu, setelah itu makan bareng (uhuy) dan akhirnya baru mindahin data bejibun tersebut ke FD. Setelah itu, lewat jam 10 malam, saya di antar uda kembali ke kos an saya yang berjarak cukup jauh dari Aspol. Seperti biasa, kita naik motor merah uda, berjalan menyusuri jalan yang semakin malam terlihat semakin ramai. Ya, begitulah situasi kota seyogyanya. Tak seperti desa kami yang akan mulai hening bila jarum sudah menunjukkan pukul 9 malam.
Tapi, ternyata situasi berkata lain. Di tengah jalan, motor uda terbatuk-batuk sebelum hidupnya berakhir total setelah berjalan beberapa meter. Ya, motor itu mati dibekunya tengah malam ini karena kehabisan bahan bakar. Sayang sekali tak ada pom bensin di sekitar tempat tersebut. Uda menyoba menyeberang jalan untuk melihat apakah di tempat yang bersinar itu menjual bahan bakar, tetapi hasilnya nihil.
Dari seberang jalan, Uda berpesan agar saya tetap berdiri di sana dan menunggunya, tapi tentu saja alasan yang saya teriakkan dari seberang jalan tak terdengar karena kendaraan yang lalu lalang di antara kami sangat ramai. Benar saja, Uda segera mendorong motor tersebut kembali ke menyusuri jalan yang sebelumnya kami lewati. Semakin lama semakin jauh dan menghilang dari pandangan. 
Saya mulai takut. Walau di depan mata lalu lalang kendaraan sangat ramai, tapi di tepi jalan (di trotoarnya) terlihat sangat sepi dari ujung ke ujung tak ada yang terlihat. Sepintas saya langsung bergidik ngeri karena pohon-pohon di sisi jalan itu terlalu besar dan hawa kegelapannya mulai terasa mencengkram. Duh! Saya  kalut. Tapi sebagai seorang yang beriman, saya berusaha menguatkan hati. Saya terus berdzikir dalam hati sambil menyesali kenapa Uda tidak mengajak saya serta mendorong motor untuk mencari pom bensin terdekat? 
Saya coba terus berfikiran positif, mungkin saja Uda mau jalan cepat-cepat, makanya tak mengajak saya ikut serta. Ya, lihat saja, dalam beberapa detik dia sudah tak terlihat lagi. Saya memikirkan beberapa hal  menarik agar tak merasa kesepian di tengah kegelapan tersebut. Seperti, kenapa Uda bisa mendorong motor yang lumayan berat tersebut dengan cepat sekali? Padahal saya saja mendorong "Mio" yang kecil saja sudah sangat bersusah payah. Hehe. Uda memang kuat banget. Tangannya berotot. Hahaha, bukan apa-apa kalau dibanding saya.
Oke, mungkin lelucon itu kurang dapat menghibur karena pada akhirnya pikiran saya kembali teralih pada  tempat yang sudah mirip dengan tengah hutan tersebut. Banyak pohon-pohon besar dan jalan trotoarnya gelap sekali karena lampu jalan hanya ada di jembatan yang berada di ujung jalan. Ditambah dengan ada 2 orang laki-laki yang berpakaian menyeramkan seperti preman, batas ambang takut saya sudah tersentuh. Dan tanpa berfikir lagi, saya berusaha berjalan dengan cepat-cepat menyusuri jalan ke belakang dan menunggu Uda di jembatan yang penerangannya lebih baik. Dengan langkah yang berusaha saya bawa secepat mungkin, sesekali saya melirik 2 orang tadi yang berjarak sudah cukup jauh saya tinggalkn. Huft, untunglah mereka tidak mengikuti saya.
Pas tiba di jembatan, saya meragu. Jangan-jangan Uda mencari saya ke tempat tadi? Bagaimana kalo Uda tak menemui saya di sana dan kebingungan? Ingin segera meraih Hp dan menghubungi Uda, tapi saya takut karena keadaan jalan sangat sepi sekali. Bagaimana kalau ada pencopet yang sedang berkendaraan. Bisa saja nanti mereka berhenti dan menodong saya langsung. Namun, pertimbangan-pertimbangan saya barusan segera dihapus dengan kehadiran 3 orang yang berpakaian seperti preman lainnya. Huwaaaa. Ingin nangis rasanya. Serius. Saya tak pernah ke luar malam-malam ke tempat yang agak jauh dari rumah. Apalagi di tempat asing seperti ini. Duh, rasanya sudah menjadi anak hilang.
Tak habis pikir, dengan kehadiran mereka, saya segera berjalan lagi menyusuri jalan lebih ke belakang. Makin lama makin gelap karena sudah menjauhi sumber cahaya yang cuma ada di jembatan. Sekilas saya lihat ada cahaya, berarti ada penjual di tepi jalan. Saya berusaha pergi ke arah cahaya tersebut, berharap nanti saya dapat beridiri di situ untuk menunggu Uda. Namun, sebelum sampai, saya melihat dalam keremang-remangan gelap di tengah malam itu, ada seorang laki-laki yang sedang menghadap pagar dengan posisinya yang sangat aneh tersebut. Pikir saya semakin negatif. Ah, jangan bilang di tengah jalan seperti ini di tengah lalu lalang yang lumayan ramai ada yang buang air? PARAH! Saya berusaha memperlambat jalan berharap saat saya berjalan tepat di samping orang tersebut kegiatan ilegalnya segera berhenti. Cckck. Benar saja, dia sudah selesai menghadap temboknya. Ah, aman. Tapi saya benar-benar tak mau menunggu Uda dekat orang-orang seperti itu. Oh, pleaseeee. Help me. Setelah melewati gerobak yang bersinar barusan, tak saya dapati lagi cahaya lain sampai ujung jalan. Saya mulai takut. Ini sudah keterlaluan untuk kehilangan arahnya. Saya hanya bisa berdoa agar tak terjadi apa-apa. Tiba-tiba di tengah kegelapan saya melihat suatu tulisan yang seperti membawa angin surga pada saya. Tulisannya "Takaful". Ya, sangat tidak asing lagi bagi saya karena Uda pernah kos di belakang gedung tersebut. Walaupun tersesat, tapi setidaknya saya bisa memberi kabar tentang keberadaan saya pada siapapun. Saya berusaha mencari Hp dan menelpon Uda berkali-kali. Tapi tak diangkat. Dan, kegundahan saya mulai lagi. Apa mungkin Uda masih belum menemukan pom bensin? Terus saya memutuskan untuk mengirim sms. Tepat setelah sms terkirim, saya melihat sosok Uda melintas tepat di depan saya berdiri. Saya berteriak histeris tapi Uda tak mendengar dan saya lihat kecepatan motornya tinggi sekali. Sepertinya dia sedang menyusul saya di jalan tempat pertama kali dia meninggalkan saya tadi. HAH, sedikit kelegaan menyirami hati saya sebelum seorang bapak-bapak berhenti dan menawarkan ojek pada saya. Serius, saya paling takut naik ojek karena pertama kali saya ke Padang, saya disuguhi oleh berita bahwa seorang anak SMP terbunuh dan diperkosa oleh tukang ojek langganannya yang bahkan merupakan tetangganya sendiri. Ckck, berita macam apa itu.
Usaha terakhir saya adalah menunggu Hp saya berdering. Menunggu Uda yang pasti akan menelpon saya. Dan benar saja, tak selang beberapa detik Uda menanya saya dimana. Secepat kilat saya jelaskan saya di depan kos lamanya, terdengar suara Uda kaget diujung sana, tapi dia bergegas menutup telpon. Saya rasa dia segera kemari. Tak selang beberapa detik, saya melambaikan tangan ke arah Uda. Alhamdulillah. Reaksi pertama uda melihat saya di sana adalah kaget "Udah uda bilang tetap berdiri di sana. Kenapa jalan jauh sampai ke sini?", terdengar nada bergetar dari suaranya. Mungkin dia juga cemas karena saya tidak berada di tempat yang tadi. Dan saya di dalam hati juga sangat menyesali kenapa tidak mematuhi perintahnya. Lalu saya utarakan alasan kenapa berpindah. Saya lihat nada suaranya berubah. Sepertinya dia juga menyesali kenapa meninggalkan saya sendirian di tengah kegelapan tadi. Akhirnya Uda membuat lelucon yang akhirnya memecahkan kecemasan di antara kami. "Duh, motor ini kok ngerjain kita ya i?", tanya Uda pada saya dengan gerakan memukul manja kepala motornya. Saya hanya tersenyum dan tertawa., "Iya, mungkin gegara ngambek di suruh ngantar ii kemaleman, Da. Hehe", jawabku sambil menenangkan hati.
Akhirnya tiba di kos, saya pamit dan salam sama Uda. Dengan jantung  yang masih belum berdetak normal, saya memasuki kos dan mengucap syukur. Alhamdulillah.  
Little Galz

0 komentar:

Posting Komentar